World Food Summit (WFS) di Roma tahun 1996 membawa masyarakat dunia
pada kesepakatan untuk mewujudkan ketahanan pangan bagi setiap orang, dan
menghapuskan kelaparan di seluruh negara. Sasarannya adalah mengurangi jumlah penduduk
rawan pangan menjadi setengahnya paling lambat tahun 2015. Pada tahun 1996
jumlah penduduk yang rawan pangan di dunia diperkirakan sekitar 800 juta orang,
maka sasaran pengurangannya sebesar 400 juta jiwa selama 20 tahun, atau rata-rata
20 juta jiwa per tahun. Pada tahun 2002, melalui pertemuan WFS di Roma,
masyarakat dunia kembali sepakat untuk mempertegas dan memperbarui komitmen
global yang dibuat dalam Deklarasi Roma 1996. Karena kinerja pencapaian sasaran
dalam lima tahun pertama tidak memuaskan, maka pertemuan WFS 2002 memutuskan
untuk meningkatkan sasaran pengurangan penduduk rawan pangan sejak tahun 2002
menjadi rata-rata sekitar 22 juta jiwa per tahun (lihat Departemen Pertanian,
2006:15-16).
Salah satu komitmen penting dalam Deklarasi Roma 2002 adalah penegasan
pentingnya pembangunan pertanian dan perdesaan dalam mengikis kemiskinan. Dunia
menyadari bahwa pembangunan pertanian dan perdesaan mempunyai peran kunci,
karena 70 persen penduduk miskin dunia hidup di perdesaan dan mengandalkan sumber
penghidupannya dari sektor pertanian.
Sebagai contoh dapat dilihat jumlah orang miskin di Kabupaten Banyumas dari
tahun ke tahun yang mengalami perubahan, sebagai berikut: (1) Pada tahun 2003 mencapai 440.320 orang atau 27,06 % dari total
penduduk; (2) Pada tahun 2004
mencapai 325.200 orang atau 21,47 % dari total penduduk; (3) Pada tahun 2005 mencapai 442.480 orang atau 26,58 % dari total
penduduk. (4) Pada tahun 2006
mencapai 640.584 orang atau 42,00 % dari total penduduk; (5) Pada tahun 2007 mencapai 579.462 orang atau 38,00 % dari total
penduduk yang mencapai 1.524.901 orang (Sumber: Kementerian Dalam Negeri
Republik Indonesia, 10 Januari 2008).
Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengeluarkan masyarakat Kabupaten
Banyumas, termasuk petaninya, keluar dari kemiskinan. Dana dari Pemerintah
Pusat mengalir ke desa-desa di Kabupaten Banyumas melalui PNPM Mandiri dan
program bantuan lain, sehingga berhasil menurunkan angka kemiskinan dari 33,6 %
pada tahun 2008 dengan jumlah penduduk 1,5 juta orang, menjadi 27,4 % pada
tahun 2010 dengan jumlah penduduk 1,8 juta orang, di mana jumlah rumah tangga miskin di Kabupaten Banyumas pada tahun 2010 sebesar
141.233 rumah tangga. Dana bantuan PNPM Mandiri yang telah digulirkan sejak
tahun 2008 hingga 2010 mencapai Rp. 147,5 miliar, sedangkan pada tahun 2010
telah digulirkan dana sebesar Rp. 45 miliar bersumber dari APBN dan Rp. 6
miliar bersumber dari APBD. Dana tersebut digulirkan untuk 19 kecamatan yang
terdistribusi dalam 234 desa, di mana dana PNPM tersebut diperuntukkan bagi pelayanan
dasar (Sumber: Sigap Bencana & Bansos, 14 Januari 2011).
Namun demikian berbagai upaya tersebut seringkali tidak memuaskan bagi
banyak pihak. Sebagai contoh, aktivis Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI)
Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah pada Hari Senin tanggal 18 Oktober 2010
menggelar unjuk rasa untuk menuntut penghapusan kemiskinan. Unjuk rasa digelar
di halaman Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia Purwokerto.
Koordinator aksi, Agus Ade Budi mengatakan, bahwa unjuk rasa ini digelar dalam
rangka memperingati Hari Internasional Penghapusan Kemiskinan. Menurutnya,
Badan Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan 14 kriteria miskin yang tidak sesuai
dengan realita, karena kriteria tersebut hanya cocok untuk masyarakat yang
hidup di hutan (Sumber: SoloposCom, 18 Oktober 2010).
Sementara itu
pada tahun 2011, yang merupakan tahun ketiga periode pemerintahan Bupati
Mardjoko dan Wakil Bupati Achmad Husein, Pemerintah Kabupaten Banyumas
mencanangkan visi ”Menyejajarkan Kabupaten Banyumas dengan Kabupaten Lainnya
yang Telah Maju, bahkan Melebihi,” dengan misi ”Menyejahterakan Rakyat
Banyumas.” Untuk itu
Pemerintah Kabupaten Banyumas melakukannya dalam tahapan-tahapan. Tahap
konsolidasi dilakukan pada tahun 2008 – 2009. Tahap pemantapan pengembangan investasi
daerah dilakukan pada tahun 2010 – 2011. Tahap pemberdayaan masyarakat menuju
terwujudnya kemandirian masyarakat dilakukan pada tahun 2012 – 2013 (Sumber:
Kabupaten Banyumas, 2011).
Ikhtiar
Pemerintah Kabupaten Banyumas membuahkan hasil berupa pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Banyumas tahun 2008 yang mencapai 5,38%. Angka ini lebih tinggi
dibandingkan dengan capaian 3 kabupaten lain di wilayah eks Karesidenan
Banyumas yaitu Kabupaten Banjarnegara (4,98%), Kabupaten Cilacap (4,92%) dan
Kabupaten Purbalingga (5,30%), bahkan lebih tinggi dari rata-rata Provinsi Jawa
Tengah yang mencapai 4,60%. Namun demikian kemiskinan masih ada di kabupaten
ini. Angka kemiskinan di Kabupaten Banyumas tahun 2008 adalah 21,04%, meskipun
tahun berikutnya (2009) turun menjadi 19,71%. Sejalan dengan itu, angka
pengangguran di Kabupaten Banyumas juga terus menurun. Tahun 2008 jumlah
pengangguran tercatat sebesar 152.283 orang. Angka ini berkurang cukup
signifikan di tahun 2009 menjadi 134.793, atau mengalami penurunan sebesar 11,49%
(Sumber: Kabupaten Banyumas, 2011).
Fakta
kemiskinan ini tersebar di beberapa desa di Kabupaten Banyumas, yang sebagian
besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Dengan demikian adanya petani
miskin di Kabupaten Banyumas merupakan fakta yang tak terbantahkan.
Ketika di
Kabupaten Banyumas masih terdapat petani miskin, maka inilah tantangan bagi Kantor
Pertanahan Kabupaten Banyumas, yang salah satu fungsinya adalah melakukan
pemberdayaan masyarakat, dan wujudnya berupa peningkatan kesejahteraan masyarakat.
----------
Referensi: (1) Departemen Pertanian. 2006. “Rencana Pembangunan
Pertanian Tahun 2005 – 2009.” Jakarta; (2) Kabupaten
Banyumas. 2011. ”2011 Banyumas Targetkan Peningkatan Pembangunan”. http://www.banyumaskab.co.id 13 Januari 2011; (3) Kementerian Dalam Negeri, 2008. ”44.000 Rumah Di
Cilacap Tak Layak Huni.” http://www.depdagri.go.id,
10 Januari 2008; (4) Sigap Bencana
& Bansos, 2011. “PNPM Turunkan Kemiskinan.” http://sigapbencana-bansos, info, 14
Januari 2011; (5) SoloposCom. 2010.
“Aktivis SRMI Banyumas Tuntut Penghapusan Kemiskinan.” http://www.solopos.com, 18 Oktober 2010.
Selamat merenungkan, semoga Allah SWT berkenan meridhai...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar