Jumat, 08 Mei 2009

PARADIGMA PENELITIAN

Paradigma penelitian selalu berkembang dari masa ke masa. Pada abad ke-18 paradigma penelitian yang digandrungi para peneliti adalah paradigma positivistik. Paradigma ini menggiring peneliti untuk mengikuti kaidah penelitian ilmu alam pada ranah sosial. Peneliti bertindak sebagai subyek, sedangkan tineliti (pihak yang diteliti) diperlakukan sebagai obyek. Berdasarkan paradigma ini, penelitian bersifat "research on people", dan peneliti sangat mengandalkan data kuantitatif. Oleh karena itu, paradigma ini merupakan sumber bagi eksistensi metode penelitian kuantitatif.
Selanjutnya paradigma positivistik mendapat pendamping, yaitu paradigma post positivistik, yang hampir sama dengan paradigma positivistik, namun sudah menyertakan data kualitatif (sebagai pelengkap). Tidak puas dengan kecanggihan paradigma post positivistik dalam mengungkap "kebenaran", para peneliti mengembangkan paradigma konstruktivisme yang merupakan menifestasi dari "research about people".
Paradigma konstruktivisme berasumsi, bahwa setiap manusia mempunyai construct (bangunan "kebenaran") dan construe (cara memahami "kebenaran") yang berbeda-beda. Dengan demikian akan menjadi menjadi daya tarik yang besar bagi suatu penelitian, apabila dapat mengenali construct dan construe tineliti. Berdasarkan paradigma ini relasi antara peneliti dengan tineliti bersifat subyek - subyek, dengan data andalan berupa data kualitatif.
Paradigma konstruktivisme yang menerapkan relasi subyek - subyek antara peneliti dengan tineliti, ternyata masih disempurnakan kecanggihannya dengan paradigma kritis, yang mulai mengenali adanya ketimpangan dalam relasi kekuasaan, sehingga mewajibkan peneliti untuk membangun kesadaran anti eksploitasi pada diri tineliti. Akhirnya penyempurnaan yang terus menerus pada paradigma kritis, secara evolutif telah menciptakan paradigma baru, yaitu paradigma partisipatoris.
Paradigma partisipatoris memposisikan peneliti dan tineliti pada kondisi setara sepenuhnya dalam pengumpulan data dan pengambilan keputusan, setelah melalui tahapan aksi - reaksi - refleksi, yang disertai dengan "sentuhan" emansipasi. Penerapan paradigma ini merupakan wujud dari "research with people", yang sekaligus menjadi dasar bagi penerapan metode penelitian kualitatif.
Dengan kata lain, metode penelitian kualitatif hadir di semesta ini untuk mendampingi metode penelitian kuantitatif yang tidak sempat membahas keunikan fenomena, karena disibukkan oleh pergumulan dalam membahas hal-hal yang umum atau general.