Jumat, 19 Juni 2009

INKUBASI KERUNTUHAN EKONOMI

Pafa era 1980-an land reform mengalami keruntuhan yang parah di tingkat dunia, ketika ia dihapuskan dari agenda kebijakan pembangunan institusi internasional. Pada titik ini World Bank (Bank Dunia) menjadi agen dalam mendesakkan kebijakan pertanahan yang pro market (pasar tanah) kepada negara-negara berkembang dan negara-negara miskin.
Peran World Bank ini sesungguhnya telah diskenario oleh negara-negara Barat, seperti negara-negara Eropa dan Amerika Serikat, untuk kepentingan negara-negara Barat dalam menguasai tanah-tanah di negara-negara berkembang dan negara-negara miskin. Inilah salah satu cara negara-negara Barat dalam menguasai negara-negara berkembang dan negara-negara miskin, selain dengan cara peperangan, hutang luar negeri, fitnah terorisme, dan tekanan diplomatik.
Pada era 1980-an timbullah ketimpangan penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah di banyak negara-negara berkembang dan negara-negara miskin, yang ditandai dengan tingginya angka Koefisien Gini, atau Indeks Gini (Indeks Ketimpangan). Sebagai contoh dapat dilihat Koefisien Gini dari negara-negara sebagai berikut: (1) Brazil sebesar 0,85 ; (2) Kenya sebesar 0,77 ; Meksiko sebesar 0,75 ; Indonesia sebesar 0,56 ; dan Nigeria sebesar 0,47.
Pada negara-negara yang memiliki Koefisien Gini relatif besar (di atas 0,5) maka ketimpangan penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanahnya sangat mengkhawatirkan. Tanah-tanah yang ada di negara-negara tersebut sebagian besar dikuasai, dimiliki, digunakan, dan dimanfaatkan hanya oleh sebagian kecil warganya, yaitu kelompok elit (penguasa, pengusaha, dan bauran keduanya).
Khusus mengenai Indonesia di era 1980-an diketahui hal-hal sebagai berikut: Pertama, pada masa itu kebijakan pertanahan Indonesia mulai masuk pro market. Kedua, konsentrasi tanah berada pada kelompok elit yang ditandai dengan Koefisien Gini sebesar 0,56. Ketiga, landreform dihapuskan dari agenda kebijakan pembangunan nasional, karena dipandang kekiri-kirian (sosialis). Keempat, era 1980-an merupakan masa inkubasi (pembiakan) keruntuhan ekonomi nasional dan kemiskinan akut. Masa panen (memetik hasil inkubasi) dinikmati oleh Bangsa Indonesia pada tahun 1997, berupa krisis serta keruntuhan finansial dan ekonomi, yang dilanjutkan dengan krisis dan keruntuhan multi dimensi pada tahun 1998.